Bogor (24/07) – Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) mengadakan webinar Tips dan Trik Berkomunikasi di Media Sosial secara online. Webinar ini merupakan rangakain Dies Natalis FEMA ke-16.

“Hari ini kita tidak bisa lepas dari media sosial, tapi juga harus hati-hati karena media sosial liar dan tidak bisa dikendalikan” tutur Dr. Arya Hadi Dharmawan.

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), FEMA, IPB menuturkan bahwa dewasa ini media sosial telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Indonesia menduduki peringkat ke-3 terbanyak masyarakat terpenetrasi internet dengan 137 juta jiwa aktif menggunakan Facebook dan 86 juta jiwa menggunakan Instagram.

“Penting bagi kita menyampaikan pendapat dengan baik di sosial media, agar tidak menimbulkan reaksi balik yang negatif” tambah Prof. Ujang Sumarwan

Dr. Djuara P Lubis menjelaskan bahwa 90% penduduk Indonesia usia produktif terprenetasi Internet dengan rata-rata penggunaan selama 8 jam dan 3 jam diantaranya digunakan untuk bermedia sosial. Media sosial sendiri bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi mendatangkan banyak manfaat namun disisi lain memiliki banyak mudharat. Digital civility index Indonesia merupakan yang terburuk di Asia Tenggara, karena Hoax, ujaran kebencian, diskriminasi, cyberbulliying, trolling, microaggression, doxing, dan ponografi. Kekacauan di sosial media ini diakibatkan oleh 1) Literacy rate yang rendah; 2) Post-Truth sampah pemilu 2019; dan 3) matinya kepakaran.

“Saat ini banyak media memburu ahli berpendapat, bukan pendapat ahli” tutur Dr. Djuara P Lubis

“Banyak masyarakat berpikir bahwa media sosial adalah ruang pribadi, padahal media sosial adalah ruang publik yang memiliki etika dan hukum yang mengikat” Dr. Dwi Hapsari

Banyak hate comment yang kita sering temui di era baru bermedia sosial ini karena 1) masyarakat adalah prosumer dimana kini masyarakat menjadi pembuat sekaligus penikmat konten media sosial; 2) anonym, teknologi media sosial tidak dapat mendeteksi siapa yang sebenarnya mengujarkan hate comment atau yang disebut deep fake dan ke 3) eksponensial-aplifikasi.

Dalam webinar ini, Dr. Dwi Hapsari membagikan tips agar terhindar dari hate comment di media sosial yakni 1) tidak menjadi pelaku pembuat dan penyebar hate comment; 2) melakukan seleksi penyaringan agar membentuk inner circle dan algoritma positif; 3) mengendalikan waktu penggunaan media sosial; 4) harus menyadari bahwa media sosial adalah ruang institusi sosial (ruang publik); 5) selalu ingat bahwa apapun yang kita unggah di media sosial akan menjadi rekam jejak digital.