sumber : ipb.ac.id/news

Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) pada sebagian besar kita telah memasuki bulan kedua dan entah akan sampai kapan kita harus tetap #dirumahaja sebagai ikhtiar bersama untuk melawan penyebaran COVID-19. Orang tua dan anak pun mulai butuh melakukan penyesuaian. Bagi anak sendiri, seminggu atau dua minggu di rumah mungkin masih belum terasa.

Tetapi, ketika semakin panjang periode SFH maka anak-anak yang secara alamiah terdorong untuk bergerak bebas, bermain bersama teman-teman, menghabiskan waktu untuk mencoba banyak hal bersama guru dan teman-teman di sekolah akan dilanda kebosanan bahkan mulai rewel. Orang tua pun mulai stress menghadapi anak di rumah karena adanya tuntutan menyelesaikan pekerjaan dari kantor dan tugas dari sekolah (mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas). Orang tua juga seringkali harus mengalami kenaikan tensi emosi karena harus berhadapan dengan segala macam tingkah laku anak-anak 24 jam sehari, 7 hari seminggu full-time.

Menurut Alfiasari, SP, MSi, Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, WFH justru bisa menjadi titik balik untuk meningkatkan kuantitas sekaligus kualitas interaksi antara orang tua dan anak.

“Momen #dirumahaja, yang seharusnya bisa menjadi momen yang menjawab harapan orang tua untuk menghabiskan waktu bersama anak justru membuat kualitas interaksi orang tua dengan anak malah menurun. Salah satu kunci utama dalam menjaga interaksi yang sehat antara orang tua dengan anak adalah komunikasi. Semakin baik komunikasi yang terbangun antara orang tua dengan anak ternyata juga semakin mengembangkan kemampuan komunikasi anak dan meningkatkan kemampuan anak membangun komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Ini adalah modal yang penting bagi anak untuk masa depannya,” ujarnya.

Ada beberapa tips agar komunikasi orang tua dengan anak terjalin dengan baik, yakni pandanglah WFH sebagai anugerah yang patut disyukuri karena kita dapat melihat tumbuh kembang anak sepanjang waktu. Jadikanlah kesempatan #dirumahaja untuk sejenak merenung dan berdiskusi dengan pasangan apa tujuan jangka panjang yang ingin dicapai orang tua untuk anak-anaknya.

Di antara waktu WFH dan SFH, kita bisa melakukan berbagai kegiatan bersama-sama. Misalnya sholat berjama’ah, do’a bersama, olahraga bersama, makan bersama, menghabiskan waktu bersama untuk bermain musik, memasak, merapikan rumah, berkebun, merawat hewan peliharaan, dan kegiatan bersama lainnya.  “Carilah waktu untuk sekedar mengobrol ringan tentang apa yang dirasakan orang tua (rasa khawatir sekaligus rasa pasrah menghadapi masa-masa sulit ini) dan ajaklah anak berdiskusi apa yang dia rasakan. Hargailah apapun yang anak rasakan. Bangunlah sikap optimisme untuk selalu semangat meskipun hanya bisa #dirumahaja,” ujarnya.

Selain itu, optimalkan segala bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal selama #dirumahaja bersama anak-anak kita. Banjirilah anak sepanjang hari dengan pelukan, belaian lembut, senyuman, ucapan terima kasih atas hal-hal kecil yang dilakukannya, ucapan maaf jika orang tua melakukan kesalahan, dan juga ucapan tolong untuk meminta pertolongan anak. Selama ini kita sudah cukup puas berinteraksi dengan anak melalui beragam perangkat teknologi. Gunakan waktu #dirumahaja untuk mendekatkan secara fisik hubungan orang tua dengan anak.

“Optimalkan penggunaan ekspresi wajah, nada bicara, intonasi maupun volume suara sehingga proses komunikasi menjadi lebih menyenangkan. Jadikan kesempatan #dirumahaja untuk meningkatkan keterampilan orang tua dalam menyeimbangkan kontrol dan kehangatan. Banyak pakar perkembangan anak yang sepakat bahwa teknik terbaik dalam pengasuhan adalah ketika orang tua berhasil menyeimbangkan antara kontrol perilaku dengan kehangatan. Anak perlu belajar keteraturan hidup, belajar bahwa dunia ini akan bekerja jika semua orang mematuhi norma-norma kehidupan. Namun jangan dilupakan bahwa kebutuhan dasar anak yang seringkali dilupakan orang tua adalah anak-anak membutuhkan kehadiran, kehangatan, dan kasih sayang tanpa syarat dari orang tuanya.

Anak dicintai bukan karena kehebatan dan kepintarannya, tapi anak pantas dicintai dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Practice makes perfect. Kita tidak pernah diajarkan tentang bagaimana menjadi orang tua. Orang tua dapat memanfaatkan kesempatan #dirumahaja untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan untuk terus berusaha menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anaknya,” imbuhnya.

Jadikan emosi negatif anak sebagai kesempatan kita untuk membangun kedekatan dengan anak. Yang terpenting adalah orang tua harus cukup terampil mendampingi anak untuk mengelola emosi-emosi negatif tersebut. Bantulah anak menyalurkan beragam emosi negatif yang muncul dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat yang disukainya.
Kesibukan kita dalam mengatur waktu untuk bekerja, membantu anak-anak mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan-kegiatan kerumahtanggaan, bahkan mungkin masih ada orang tua yang masih merelakan waktu yang dimilikinya untuk membantu orang lain, dapat membantu meningkatkan rasa penghargaan dan rasa bersyukur anak terhadap orang tuanya. Keteladanan ini merupakan cara yang sangat efektif untuk membantu menyosialisasikan dan meneruskan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak.

“Bantulah anak memahaminya dengan memberikan penjelasan atas setiap kegiatan yang dilakukan orang tua. Selipilah dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi bekal bagi kehidupan anak di masa depan,” ujarnya.

Terakhir, jadikanlah kesempatan #dirumahaja untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah baik untuk orang tua maupun untuk anak. Ini adalah kesempatan untuk melatih anak mengenali masalah yang dihadapi misalnya kebosanan, kesulitan mengatur waktu mengerjakan tugas sekolah. Kita bisa membantu anak agar anak secara bertahap dan mandiri mampu memikirkan beragam alternatif solusi dan kemudian menimbang baik dan buruk setiap solusi yang dimiliki. Selanjutnya kita bisa memberikan kepercayaan kepada anak untuk berani memilih solusi terbaik dan kemudian melatih anak bertanggung jawab atas konsekuensi dari solusi yang dipilih. Kesempatan ini juga akan membantu orang tua mengembangkan banyak keterampilan dalam berkomunikasi dengan anak.

“Harapannya, tips ini bisa dilakukan orang tua agar kesempatan #dirumahaja menjadi momen berharga dan menjadi kenangan indah bagi anak-anak dan juga orang tua,” tandanya. (dh/Zul)

-Membumi dan Mendunia-